My daily
Selasa, 31 Maret 2015
Rabu, 17 Desember 2014
Mentari memapakkan dirinya tuk kembali ke peraduan
Semburat sang surya menghiasi langit di angkasa
Sebelum mengubahnya menjadi gelap
Aku termenung
Di tempat ini aku terdiam
Melempar pandang jauh ke depan
Menatap ombak yang bergulung saling mengejar
Hanya debur air yang mampu ku dengar
Dan suara kicauan gagak terbang kembali ke sarang
Minggu, 30 November 2014
Tugas Bahasa Indonesia
Mengidentifikasi Struktur Biografi
“BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE “
Oleh :
Dea Arsita Arisandi
XI KA C / 09
Bacharuddin Jusuf Habibie
Struktur teks
|
Kalimat dalam teks
|
Orientasi
|
Salah satu tokoh panutan dan menjadi kebanggaan bagi banyak
orang di Indonesia dan juga Presiden ketiga Republik Indonesia, dialah Prof. Dr (hc). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie
dilahirkan di Pare-pare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Beliau
merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie
dan Ra. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie
pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan
Thareq Kemal.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 1
|
Masa kecil Habibie dilalui bersama
saudara-saudaranya di Pare-pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran
menunggang kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki
sekolah dasar, namun Ia harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3
September 1950 karena terkena serangan jantung saat ia sedang shalat isya.
Tak lama setelah ayahnya meninggal, ibunya kemudian menjual rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung bersama Habibie, sepeninggal ayahnya, ibunya membanting tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie, karena kemauan untuk belajar Habibie kemudian menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA, beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya. |
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 2
|
Karena kecerdasannya, setelah tamat SMA
di Bandung tahun 1954, beliau masuk di ITB (Institut Teknologi Bandung), ia
tidak sampai selesai disana karena beliau mendapatkan beasiswa dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliahnya di Jerman, karena mengingat pesan Bung Karno tentang pentingnya dirgantara dan
penerbangan bagi Indonesia maka ia memilih jurusan teknik penerbangan dengan
spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhein Westfalen Aachen Technische
Hochschule (RWTH) ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk
sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya
yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Beberapa tahun kemudian,
pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana
diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau
swasta dari pada teman-temannya yang lain.
Musim liburan bukan liburan bagi
beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang
untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali
belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak
menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan
uang tanpa mengikuti ujian.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 3
|
Beliau mendapat gelar Diploma ing,
dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat cumlaude
(sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5, dengan gelar Insinyur, beliau
mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman.
Pada saat itu firma talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar
untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot
membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba
mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia
terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 4
|
Setelah itu beliau kemudian
melanjutkan studinya untuk gelar doktor di Technische Hochschule Die Facultaet
Fuer Maschinenwesen Aachean kemudian Habibie menikah pada tahun 1962 dengan Hasri
Ainun Habibie yang kemudian diboyong ke Jerman, hidupnya makin keras, di
pagi-pagi sekali Habibie terkadang harus berjalan kaki cepat ke tempat
kerjanya yang jauh untuk menghemat kebutuhan hidupnya kemudian pulang pada
malam hari dan belajar untuk kuliahnya, istrinya Nyonya Hasri Ainun Habibie
harus mengantri di tempat pencucian umum untuk mencuci baju untuk menghemat
kebutuhan hidup keluarga. Pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar dr.
Ingenieur dengan penilaian summa cumlaude (sangat sempurna) dengan nilai
rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 5
|
Rumus yang di temukan oleh Habibie
dinamai "faktor habibie" karena bisa menghitung keretakan atau
krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang sehingga ia
di juluki sebagai "mr. Crack". Pada tahun 1967, menjadi Profesor
kehormatan (guru besar) pada Institut Teknologi Bandung. Dari tempat yang
sama tahun 1965. Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie
diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft Fuer Luft Und Raumfahrt
(lembaga penerbangan dan angkasa luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society
London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia),
The academie Nationale De l'air Et De l'espace (Prancis) dan The US Academy
of Engineering (Amerika Serikat). Sementara itu penghargaan bergensi yang
pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award Von Karman
yang hampir setara dengan hadiah nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat
penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala
Bhakti Kencana.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 6
|
Langkah-langkah Habibie banyak
dikagumi, penuh kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak
sependapat dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore Van Karman
Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita.
Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih
gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat summa cum
laude. Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB GMBH Jerman,
sebelum memenuhi panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
|
Urutan peristiwa kehidupan tokoh
tahap 7
|
Di Indonesia, habibie 20 tahun
menjabat Menteri Negara Ristek/kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN
industri strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua
Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia
ke 3. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan
pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat
refrendum timor timur yang memilih merdeka. Pidato pertanggungjawabannya
ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara biasa, kembali pula
hijrah bermukim ke Jerman.
|
Reorientasi
|
Pada tanggal 22 Mei 2010, Hasri Ainun
Habibie, istri BJ Habibie, meninggal di rumah sakit Ludwig Maximilians Universitat,
Klinikum, Muenchen, Jerman. Ia meninggal pada hari Sabtu pukul 17.30 waktu
setempat atau 22.30 WIB. Kepastian meninggalnya Hasri Ainun dari kepastian Ali
Mochtar Ngabalin, mantan anggota DPR yang ditunjuk menjadi wakil keluarga BJ
Habibie. Ini menjadi duka yang amat mendalam bagi mantan presiden Habibie dan
rakyat Indonesia yang merasa kehilangan. Bagi Habibie, Ainun adalah
segalanya. Ainun adalah mata untuk melihat hidupnya. Bagi Ainun, Habibie
adalah segalanya, pengisi kasih dalam hidupnya. Namun setiap kisah mempunyai
akhir, setiap mimpi mempunyai batas.
|
Simpulan :
Kehidupan Burhanuddin Jusuf Habibie
diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Sifatnya yang gigih, pekerja keras,
dan pantang menyerah membawanya kepada kesuksesan. Beliau mempunyai dedikasi dan
pengabdian yang tinggi kepada Negara Indonesia. Seluruh ilmu yang didapat
diaplikasikannya untuk kemajuan bangsa.
Amanat :
Penerus bangsa, generasi muda, harus
meneladani Bapak Burhanuddin Jusuf Habibie, untuk selalu gigih dalam meraih
cita-cita, pantang menyerah, dan mau bekerja keras demi tercapainya apa yang
diinginkan. Dan mendedikasikan ilmu,
pengetahuan yang telah didapat, demi membangun nusa, bangsa, dan Negara
Indonesia
Hikmah :
Pendidikan adalah hal terpenting bagi
generasi muda.
Dengan ilmu, kehidupan menjadi lebih
mudah.
Yakinlah, perjuangan dan kerja keras
tidak akan mengkhianati hasil.
Kaidah kebahasaan (point of view) :
Orang ketiga serba tau
Alat kohesi :
Habibie yang punya kegemaran........
Konjungsi temporal :
Tak lama setelah ayahnya
meninggal...
Karena kecerdasannya....
Pada saat itu...
Fungsi Kata Keterangan :
Beberapa tahun kemudian, pada
tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan
beasiswa penuh.
Kata Kerja Material :
Habibie yang menikah dengan Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12
Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Habibie yang punya kegemaran menunggang
kuda dan membaca ini dikenal sangat cerdas ketika masih menduduki
sekolah dasar
.... ,ibunya kemudian menjual
rumah dan kendaraannya dan pindah ke Bandung
.... , ibunya membanting
tulang membiayai kehidupan anak-anaknya terutama Habibie
Selasa, 14 Oktober 2014
Cerpen fiksi - Belum Selesai
Arloji hitam ku menunjukkan pukul 06:53
ketika aku baru saja keluar dari indekos ku menuju sekolah. Jarak sekolah
sampai kos-kosan kurang lebih 30 meter. Aku harus berjalan cepat jika tidak
ingin terlambat ke sekolah. Dengan langkah yang tergesa aku berjalan sembari menenteng
3 buku berukuran besar karena buku-buku itu tidak muat dimasukkan ke dalam tas
ku yang mungil. Sepanjang jalan terlihat banyak siswa-siswa yang mengenakan
seragam yang sama denganku mengemudikan motornya dengan kencang. Aku tau mereka
pasti tau jika aku bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka. Tapi tak
satupun yang memperlambat laju motornya itu dan menebengiku ke sekolah.
“ Udah jam tujuh kurang 4 menit! Aku
harus lari biar gak telat! “ Kataku dalam hati.
Setengah langkahku berlari terdengar
suara mesin motor yang mengikutiku terus menerus. Aku berhenti dan menoleh ke
belakang.
“ Maksum! “ Kataku terkaget melihat
maksum, teman sekelasku. Nama aslinya Wegha Sri Purnama. Namun aku lebih suka
memanggilnya dengan sebutan maksum.
“ Mau jogging kok pake seragam sih
neng? “ Tanyanya menggodaku.
Aku membuang pandang darinya. Beranjak
berlari lagi agar tidak terlambat sampai di sekolah.
“ Eitttssss.. Jangan marah dong neng.
Yuuk bonceng abang “ Kata Maksum kepadaku dengan nada suaranya yang khas.
Sebenarnya Maksum itu baik. Hanya saja maksut baiknya terkadang dibungkus oleh
kejailannya.
“ Beneran nih? “ Kataku dengan
antusias.
“ Goceng ya neng “ Kata Maksum sambil
setengah tertawa.
“ Iiiiih Maksuummmm!!! “ Jawabku
kesal. Namun segera aku membonceng ke sepeda motor matic Maksum itu karena
waktu terlalu mepet.
Sampai di parkiran sekolah aku dan
Maksum berjalan bersama ke kelas. Aku sempat melihat Mas Verdha, sosok kakak
kelas yang beberapa hari terakhir ini menjadi pusat perhatianku karena senyumnya
yang manis. Tak hanya itu, dia juga lihai memainkan alat musik seperti piano,
gitar, dan saxophone.
“ Tuh kan neng. Coba tadi kamu ga ngebonceng
aku. Telat deh pasti “ Kata Maksum.
“ Iyaaaa.. Makasih ya Maksum!! “ Jawabku
kepadanya.
“ Maksum Maksum.. Kasian bapak ibuk ku
udah kasih aku nama baik-baik eh dipanggilnya Maksum. Kayak tukang somay
keliling aja! “ Jawab Maksum dengan mimik muka yang cemberut.
“ Hahaha.. Iya
iya maaf Wegha Sri Purnama “ Kataku lagi.
Bel istirahat ke dua berbunyi. Aku dan
Kesha segera menuju ke kantin karena lapar yang mendera sejak jam ke empat
tadi.
“ Ngerjain ulangannya Pak Herdi bikin laper “ Kata Kesha
“ Kamunya aja kali yang tukang laper “
Jawabku
“ Eh tapi beneran
pertanyaan-pertanyaannya Pak Herdi menuntutku untuk berpikir lebih keras dari
biasanya dan itu membuat perutku jadi lebih cepet laper dari biasanya “ Jawab
Kesha dengan intonasi dan ciri yang khas.
“ Halaah “ Jawabku nyengir sambil
memasukkan sesendok soto ayam ke mulutku.
Dari
kejauhan, kulihat Mas Verdha sedang duduk di kantin ujung sambil membaca novel
dan mendengarkan musik melalui earphone putihnya. Kepalanya mengangguk-angguk
pertanda Ia sangat menikmati musik yang didengarkan. Aku memandanginya sekejap.
Wajahnya terlihat putih bersih dan manis.
Lalu ku nikmati lagi soto ayamku yang masih panas. Di depanku
terlihat Kesha dengan piring nasi gorengnya yang sudah habis.
Langganan:
Postingan (Atom)